Tampilkan postingan dengan label Akuntansi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Akuntansi. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 09 Juni 2018

Jurnal Penyesuaian


https://ilmuakuntans.blogspot.com

Jurnal penyesuaian adalah jurnal akuntansi yang mengubah catatan akuntansi perusahaan menjadi berbasis akuntansi akrual. Jurnal penyesuaian biasanya dibuat sesaat sebelum mengeluarkan laporan keuangan perusahaan atau pada akhir periode.

Contoh kasus :

Perusahaan meminjam uang dari bank pada tanggal 1 Desember 2017 dan periode akuntansi perusahaan berakhir pada 31 Desember. Bank pinjaman menetapkan bahwa pembayaran bunga pertama akan jatuh tempo pada tanggal 1 Maret 2018. Ini berarti bahwa catatan pembukuan perusahaan pada tanggal 31 Desember tidak melakukan pembayaran ke bank untuk kepentingan perusahaan yang timbul dari 1 Desember sampai 31 Desember. (Tentu saja pinjaman tersebut membebani biaya bunga perusahaan setiap hari, tetapi pembayaran yang sebenarnya untuk bunga tidak terjadi sampai 1 Maret.) Untuk laporan laba rugi perusahaan bulan Desember secara akurat melaporkan profitabilitas perusahaan, itu harus mencakup semua biaya bulanan perusahaan, bukan hanya biaya yang dibayarkan. Demikian pula untuk neraca perusahaan pada tanggal 31 Desember, harus melaporkan kewajiban untuk bunga terhutang pada tanggal neraca. Penyesuaian diperlukan sehingga beban bunga bulan Desember disertakan pada laporan laba rugi bulan Desember dan bunga yang jatuh tempo pada tanggal 31 Desember disertakan pada neraca 31 Desember. Jurnal penyesuaian akan mendebit Beban Bunga dan kredit Hutang Bunga untuk jumlah bunga dari 1 Desember hingga 31 Desember.

Jumat, 08 Juni 2018

Perbandingan Akuntansi Manajemen Vs Akuntansi Keuangan

https://ilmuakuntans.blogspot.com

Perbandingan Akuntansi Manajemen Vs Akuntansi Keuangan

Berikut adalah perbandingannya, dilihat dari berbagai aspek:

1. Pengguna Utama Laporan
a). Akuntansi Keuangan – Pengguna utama laporan yang dihasilkan oleh Akuntansi keuangan adalah pihak eksternal perusahaan. Pihak eksternal yang dimaksudkan di sini, yakni para pemegang saham, kreditur (institusi keuangan dan non-keuangan), dan regulator (Badan Pengawas Pasar Modal dan Direktorat Jenderal Pajak).

b). Akuntansi Manajemen – Seperti namanya, pengguna utama laporan yang dihasilkan oleh akuntansi manajemen adalah para pengelola perusahaaan yang terdiri dari para manajer dan eksekutif perusahaan yang lumrah disebut “management” saja.

2. Laporan Utama yang Disajikan
a). Akuntansi Keuangan – Laporan utama yang disajikan oleh Akuntansi Keuangan selalu berupa “Laporan Keuangan” yang terdiri dari:
  • Neraca (Balance Sheet) – Laporan Keuangan yang menyajikan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan hingga pada tanggal tertentu, misalnya 31 Desember 2013 (itu sebabnya PSAK saat ini memakai istilah “Lap Posisi Keuangan”.) Isinya: Aset, Liabilitas, Ekuitas Pemilik.
  • Laporan Laba Rugi (Profit and Lost Statement) – Laporan Keuangan yang menyajikan informasi mengenai hasil operasional perusahaan selama satu periode tertentu, misalnya 1 Januari s/d 31 Desember 2013, apakah membukukan laba atau rugi. Isinya: Pendapatan, Beban, Biaya, Laba/Rugi.
  • Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement) – Laporan Keuangan yang menyajikan informasi mengenai aliran kas perusahaan; darimana kas masuknya berasal dan digunakan untuk apa saja, selama satu periode tertentu, misalnya 1 Januari s/d 31 Desember 2013. Isinya: Kas dari Aktivitas Investasi, Kas dari Aktivitas Operasi, dan Kas dari Aktivitas Pendanaan.
b). Akuntansi Manajemen – Laporan utama yang disajikan oleh Akuntansi Manajemen beragam dan tidak sama antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain—tergantung jenis dan skala usahanya. Namun laporan-laporannya selalu berupa Laporan Internal, diantaranya berupa:
  • Laporan Kas (Cash Reports) – Laporan yang menyajikan posisi kas setiap hari atau minggu, perbandingan kas dengan forecast dan budget, perbandingan kas periode sebelumnya)
  • Laporan Status (Status Reports) – Laporan yang menyajikan kinerja keuangan dan operasional perusahaan per hari atau minggu. Memuat perbandingan antara kondisi sebenarnya yang sedang terjadi dengan budget dan forecast.
  • Laporan Gaji (Payroll Reports) –Laporan dapat memberi informasi, sampai per laporan dibuat, sudah berapa kewajiban gaji dan upah perusahaan terhadap pegawai per departemen, per orang. Sekaligus membandingkan data tersebut dengan budget dan forecast.
  • Laporan Penjualan dan Biaya (Sales and Expenses Reports) – Laporan yang menyajikan capaian penjualan sampai per tanggal laporan, sudah berapa persen yang tercapai dibandingkan dengan forecast dan budget. Data disajikan per customer (pelanggan) atau per nama marketer/salesman. Di sisi lainnya juga menyajikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan hingga laporan yang telah dibuat, apakah masih dalam toleransi budget, bagaimana perbadingannya dengan forecast.
  • Laporan Cost (Cost Report) – Laporan yang menyajikan besaran beban yang timbul dari operasional perusahaan, pada kurun waktu tertentu (untuk cost center bisa jadi harian atau mingguan), tentu saja dilengkapi dengan hitung-hitungan dan analisa-analisa beban/cost yang sangat rinci, per department hingga per aktivitas. Tergantung teknik costing apa yang diterapkan, laporan ini dilengkapi dengan hitungan dan analisa-analisa pelengkap, misalnya berupa “Laporan Selisih” (Variance Report) jika perusahaan menerapkan “standard costing”.
  • Laporan Marjin (Margin Reports) – Laporan yang menyajikan informasi mengenai marjin (nilai penjualan dikurangi harga pokok penjualan) per jenis barang (item) dan per customer (pelanggan). Laporan ini juga dapat memberi gambaran mengenai barang mana saja yang sampai pada saat laporan dibuat mencetak marjin (laba kotor) tinggi, mana yang rendah, dengan pisah batas dan parameter tertentu. Juga, menyajikan informasi mengenai penjualan ke customer (pelanggan) mana yang memberi marjin tinggi, mana yang rendah.
  • Laporan Kapasitas (Capacity Reports) – Laporan ini khas untuk perusahaan berjenis manufaktur (industri/pabrikan). Laporan yang menyajikan kapasitas produksi perusahaan per bagian/divisi, hingga per satu nit mesin. Sekaligus menampilkan data, kapasitas mesin per tanggal laporan dibuat, berapa persen terisi. Sehingga secara kesuluruhan dapat diketahui mesin mana saja yang bekerja dengan kapasitas penuh dan mana yang tidak.
3. Cakupan Isi Laporan
a). Akuntansi Keuangan – Cakupan isi “Laporan Keuangan” yang disajikan oleh Akuntansi Keuangan mencerminkan atau mewakili kondisi perusahaan (baca: entitas) secara keseluruhan. Pembaca Laporan Keuangan tidak bisa mengetahui berapa penjualan dari toko A, B, dan C, dari PT JAK misalnya, karena yang disajikan hanya total penjualan dari semua toko yang ada di bawah kendali PT. JAK. Demikian halnya dengan beban/biaya. Hal itu karena pengguna Laporan Keuangan memang tidak membutuhkan informasi sampai sejauh itu.

b). Akuntansi Manajemen – Cakupan isi “Laporan Internal” yang disajikan oleh Akuntansi Manajemen mencerminkan atau mewakili sampai ke subunit suatu entitas mulai dari per cabang, departemen, hingga ke aktivitas tertentu. Pengguna Laporan Internal, yaitu management perusahaan, bisa mengetahui kondisi perusahaan ke bagian operasional perusahaan yang paling kecil. Hal ini karena informasi tersebut memang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan internal para pengelola perusahaan.

4. Tingkat Kerincian Laporan
a). Akuntansi Keuangan – Laporan Keuangan yang disajikan oleh Akuntansi Keuangan bersifat general, global dan ringkas. Neraca misalnya, pada perusahaan kecil mungkin terdiri dari satu halaman saja, sedangkan pada perusahaan terbuka (TBK) yang paling besar mungkin maksimal hanya 4 halaman saja. Demikian halnya dengan Laporan Laba Rugi dan Laporan Arus Kas, semuanya disajikan serba ringkas.

b). Akuntansi Manajemen – Laporan Internal yang disajikan oleh Akuntansi Manajemen bersifat spesifik dan detail. Laporan Penjualan misalnya, mungkin bisa berpuluh atau ratus halaman; dilaporkan per customer, per lokasi outlet (retailer), per item barang, per warna, per size, dst. Tak jarang laporan-laporannya juga dilengkapi dengan diagram (chart) yang dirancang untuk manager yang lebih suka membaca laporan yang divisualisasikan.

5. Sumber Data Laporan
a). Akuntansi Keuangan – Data yang digunakan untuk menyusun Laporan Keuangan seratus persen bersumber dari transaksi keuangan yang kemudian diinput dalam bentuk journal entry (debit-kredit).

b). Akuntansi Manajemen – Data yang digunakan untuk membuat Laporan Internal manajemen bersumber dari data apapun yang dianggap relevan dan terkait dengan kegiatan usaha, termasuk jurnal (debit-credit yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan.

6. Aturan Pengolahan Data dan Penyajian Laporan
a). Akuntansi Keuangan – Dalam mengolah data dan menyajikan laporan, Akuntansi Keuangan secara tegas diwajibkan mengikuti konsep, prinsip dan postulat tertentu, yang tersandarisasi seperti tertuang dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). Itu sebabnya, format laporan dan item dalam Laporan Keuangan selalu sama (setidaknya nyaris sama).

b). Akuntansi Manajemen – Patokan yang digunakan oleh Akuntansi Manajemen dalam mengolah data dan menyajikan laporan hanya AKURASI dan RELEVANSI-nya terhadap jenis keputusan manajemen perusahaan yang akan diambil—tidak ada aturan yang terstandarisasi. Itu sebabnya, format dan isi Lapotan Internal masing-masing perusahaan variatif.

7. Fungsi Pelaporan
a). Akuntansi Keuangan – Pelaporan Keuangan oleh Akuntansi Keuangan dimaksudkan untuk tujuan yang bersifat umum dari pengguna laporan keuangan yang memiliki kepentingan berbeda-beda; pembagian dividend (pemegang saham), jual-beli saham dan sekuritas (trader), persetujuan kredit/funding (banker), partnership dan investasi (investor), perpajakan (DJP), dan regulasi pasar modal (Bappepam). Dalam pengertian, apapun kepentingan para pengguna, selalu disodori Laporan Keuangan yang format dan item dalam laporan keuangan yang selalu sama. Misalnya, Laporan Keuangan yang diberikan ke bank sama dengan yang dipublikasikan ke investor.

b). Akuntansi Manajemen – Pelaporan Internal oleh Akuntansi Manajemen dimaksudkan untuk kepentingan yang bisa jadi bersifat rutin (forecast dan budget misalnya), dan bisa jadi juga bersifat khusus dalam kasus yang sangat khusus—laporan kapasitas produksi karena perusahaan mengalami keterlambatan delivery misalnya, atau laporan penjualan yang dibutuhkan untuk perubahan strategi pemasaran misalnya, atau laporan analisa A/R dalam rangka melakukan revisi kebijakan kredit, dan lain sebagainya. Laporan yang diberikan kepada manager misalnya, tak sama dengan laporan yang disampaikan ke eksekutif, yang diserahkan ke manager produksi tidak sama dengan yang disampaikan ke manager pemasaran.

8. Waktu Pelaporan
a). Akuntansi Keuangan – Penyampaian Laporan Keuangan oleh Akuntansi Keuangan dilakukan secara rutin dan terjadwal secara pasti (kwartal, semesteran, tahunan). Keterlambatan laporan bisa berakibat sanksi (misalnya terlambat menyampaikan laporan fiskal.)

b). Akuntansi Manajemen – Penyampaikan Laporan Internal oleh Akuntansi Manajemen ada yang dilakukan secara terjadwal, lebih banyak yang tak terjadwal, bisa sewaktu-waktu kapanpun dibutuhkan oleh pengguna (management perusahaan).

9. Penilai Kualitas Laporan
a). Akuntansi Keuangan – Kualitas Laporan Keuangan tidak dinilai langsung oleh pengguna (pihak eksternal), melainkan diwakili oleh team auditor independent dari KAP tertentu melalui proses audit. Sepanjang team auditor independen menyatakan laporan keuangan handal dan bisa dipercaya, maka pihak eksternal juga akan berpendapat yang sama. Khusus Ditjen Pajak dan Bea Cukai, mereka memiliki team pemeriksa (auditor) sendiri dan hanya percaya kepada hasil penilaian mereka.

b). Akuntansi Manajemen – Yang menilai kualitas Laporan Internal adalah pengguna langsung (management perusahaan). Sepanjang laporan yang disajikan akurat dan bisa dijadikan input dalam proses pengambilan keputusan, maka laporan dianggap berkualitas. Yang agak sulit, masing-masing manajer perusahaan memiliki selera dan gaya analisa yang berbeda-beda, disamping kepentingan yang berbeda-beda (sesuai fungsi maisng-masing manager). Manajer A mungkin suka laporan yang super detail, manajer B mungkin pusing kalau melihat laporan yang terlalu detail.

10. Sertifikasi
a). Akuntansi Keuangan – Sertifikasi khusus bagi mereka yang professional dalam Akuntansi Keuangan disebut “Certified Public Accountant” (CPA). Sertifikat diperoleh setelah memenuhi persyaratan tertentu dan lulusan ujian khusus.

b). Akuntansi Manajemen – Sertifikasi khusus bagi mereka yang professional dalam Akuntansi Manajemen disebut “Certified Management Accountant” (CMA). Sertifikat diperoleh setelah memenuhi persyaratan tertentu dan lulusan ujian khusus juga.



Mana Yang Lebih Sesuai Untuk Anda?

A. Akuntansi Keuangan, jika

Anda lebih suka pekerjaaan yang bersifat statis, konstan dan cenderung dari itu-ke-itu saja;
Anda lebih suka bekerja dengan waktu penyelesaian (deadline) yang telah diketahui sejak jauh-jauh hari;
Anda lebih suka bekerja dengan pedoman dan acuan yang serba pasti;
Anda lebih suka bekerja dalam suasana tenang dan sepi;
Anda lebih suka berada dalam tingkat kepastian (certainty) yang tinggi;
Anda lebih suka pada hal-hal yang berbau aturan dan standar;
Anda lebih suka ‘bermain’ di wilayah yang lebih sempit dan terfokus; dan
Anda lebih suka menonton film yang alur ceritanya tipikal dengan karakter tokoh yang bisa ditebak.

B. Akuntansi Manajemen, bila

Anda lebih suka pekerjaaan yang bersifat dinamis, berubah dari waktu-ke-waktu, berfluktuasi dan variatif.

Tugas mendadak yang tingkat kompleksitasnya tak bisa diperkirakan adalah tantangan yang mengasikan bagi anda. Mengejar deadline dadakan yang nyaris mustahil adalah sensasi yang sangat anda nikmati.

Lebih menyukai fleksibilitas dalam bekerja. Aturan standar dan hukum yang serba kaku justru menjadi pembatas yang membuat anda merasa stress.

Tak masalah bekerja dalam suasana yang ramai dan hiruk-pikuk, justru keramaian adalah sesuatu yang lebih anda sukai.

Ketidakpastian (uncertainty) tak membuat anda merasa resah, anda bisa beradaptasi dan mudah membaur di tempat dan susasana yang bisa berubah sewaktu-waktu.

Anda lebih tertarik pada strategi-strategi bisnis dibandingkan menghafal standard dan pasal undang-undang;

Anda menginginkan ruang bermain yang lebih luas, kalau bisa yang tak terbatas;
Nah, kira-kira mana yang lebih cocok untuk anda?

Sabtu, 23 Januari 2016

Arti Syarat 2/10 n/30 Pada Faktur Jual

https://ilmuakuntans.blogspot.com
Pernah kita melihat syarat kredit pada faktur jual tapi belum paham betul apa arti dan ketentuan syarat tersebut. Sebetulnya syarat atau indikasi itu sangat mudah dipahami meskipun kita bukan orang akunting. Indikasi "2/10, n / 30" (atau "2/10 net 30") pada faktur merupakan diskon yang diberikan oleh penjual kepada pembeli untuk jangka pembayaran cepat.

Istilah 2/10, n / 30 adalah istilah kredit yang berarti sebagai berikut :

"2" menunjukkan persentase diskon yang ditawarkan oleh penjual.
"10" menunjukkan jumlah hari (dari tanggal faktur) di mana pembeli harus membayar faktur untuk menerima diskon.
"n / 30" menyatakan bahwa jika pembeli tidak membayar jumlah penuh faktur dalam 10 hari untuk memenuhi syarat diskon, maka jumlah bersih yang harus dibayar memiliki jatuh tempo dalam waktu 30 hari setelah tanggal faktur penjualan.

Persyaratan yang ditawarkan oleh penjual biasanya tergantung pada kebiasaan perdagangan. Beberapa variasi diskon tunai istilah, antara lain, mungkin "2/15, n / 30" (2% diskon untuk pembayaran dalam waktu 15 hari dan jumlah penuh yang harus dibayar dalam waktu 30 hari) atau "n / 10 EOM" (faktur jatuh tempo dan dilunasi 10 hari setelah akhir bulan di mana penjualan terjadi).

Dalam akuntansi, kas (penjualan) diskon merupakan biaya untuk penjual. Akun yang digunakan untuk mengenali biaya dapat disebut "Penjualan Diskon" atau "Diskon Penjualan."

Pembeli memperlakukan seperti diskon sebagai pengurangan biaya dan menggunakan akun yang disebut "Pembelian Diskon" atau "Diskon Pembelian."

Mari kita lihat bagaimana istilah kredit 2/10, n / 30 pada contoh dibawah ini.

Michael & Co Ltd ekspor barang sejumlah $ 1.000 ke pelanggan. Jika pelanggan membayar Michael & Co Ltd dalam waktu 10 hari dari tanggal faktur, pelanggan diperbolehkan untuk memotong $ 20 (2% dari $ 1.000) dari pembelian $ 1.000. Dengan kata lain, jumlah $ 1.000 dapat dilunasi dengan jumlah sebesar $ 980 jika dibayar dalam periode diskon 10 hari.

Dalam situasi ketika pembeli membayar hutang kepada Michael & Co Ltd untuk $ 1.000 dan menerima diskon 2%, entri berikut dibuat oleh pembeli:

Akun
Debet
Kredit
Hutang
     Diskon Pembelian
     Kas
1000



20
980


Di sisi lain, dalam kasus ketika kita menerima pembayaran dari pelanggan $ 1000 dan diskon 2%, penjual akan membuat entri berikut:

Akun
Debet
Kredit
Kas
Diskon Penjualan
     Piutang
980
20



1000

Metode pencatatan kas (penjualan) diskon disebut Metode Gross.

Kamis, 23 April 2015

Analisis Sensitivitas Akuntansi

Analisis Sensitivitas Akuntansi
Laporan keuangan dan informasi keuangan lainnya mungkin memiliki unsur ketidakpastian. Dampak ketidakpastian tersebut dapat dinilai dengan menggunakan analisis sensitivitas. Dalam artikel ini, kita akan mempelajari sifat analisis sensitivitas dan bagaimana hal itu dapat dilakukan.

1. Laporan keuangan memiliki unsur ketidakpastian
Laporan keuangan berkembang beberapa tingkat dari pertimbangan oleh profesional akuntan. Manajer keuangan harus membuat asumsi di sejumlah bidang seperti:
  • Menaksir jumlah pemulihan pinjaman buruk
  • Menghitung nilai pakai aktiva tetap atas penurunan nilai berdasarkan arus kas yang dianggarkan
  • Membuat nilai provisi bank garansi atas dasar pengalaman masa lalu
  • Menghitung provisi lingkungan
  • Valuasi tunjangan untuk aset pajak tangguhan berdasarkan penghasilan kena pajak di masa mendatang
  • Menentukan tingkat diskonto untuk mengajukan permohonan pengujian penurunan nilai goodwill.
Jika asumsi didorong oleh perkiraan, hasilnya dapat berfluktuasi dengan risiko yang mendasari dan ketidakpastian. Risiko dianggap menunjukkan karakteristik kuantitatif (hasil yang berkaitan), sementara ketidakpastian dipandang sebagai unquantifiable, karena itu mereka hanya bisa digambarkan secara naratif. Meskipun dua istilah ini digunakan secara bergantian dalam manajemen keuangan, perbedaan antara mereka adalah penting.

Sebagai hasil aktual dapat berbeda dari estimasi, analisis sensitivitas menginformasikan pengguna laporan keuangan tentang ketidakpastian dalam mengukur aset, kewajiban, pendapatan dan beban, dan akibatnya berkaitan dengan ketidakpastian laporan keuangan per tanggal pelaporan.

Selain pelaporan keuangan eksternal, analisis sensitivitas dapat digunakan untuk pelaporan internal. Misalnya, akan meningkatkan penjualan jika kita menurunkan harga produk A? Dengan penjualan meningkat, jika kita dapat memanfaatkan skala ekonomi dan mengurangi biaya unit, hasilnya mendapatkan margin kotor yang sama per unit dijual? Ini dan pertanyaan lain yang sejenis dapat dijawab dengan bantuan analisis sensitivitas.

2. Menganalisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik. Teknik dasarnya adalah mengubah satu atau beberapa asumsi dan melihat apakah dampak perubahan tersebut mendapatkan hasil.

Dalam laporan keuangan misalnya, analisis sensitivitas umumnya akan didasarkan pada perubahan asumsi mengenai diskon, suku bunga atau nilai tukar, harga, tunjangan pensiun, dll. Namun jika perkiraan keuntungan lebih sensitif terhadap perubahan asumsi faktor lainnya seperti pengembangan atau biaya operasional, analisis sensitivitas harus didasarkan pada perubahan asumsi-asumsi.
Misalnya, jika kita berbicara tentang sensitivitas harga jika laba perusahaan ABC adalah $ 15.000.000 serta pendapatan $ 100 juta, maka sensitivitas harga akan $ 15.000.000 ÷ $ 100.000.000 x 100% = 15%. Dengan kata lain, jika perusahaan menurunkan harga sebesar 15% dan semua asumsi lainnya tetap sama, perusahaan memiliki keuntungan nol.

Sensitivitas dapat menunjukkan bagaimana peningkatan relatif atau penurunan akan berdampak pada arus kas. Sebagai contoh, jika Perusahaan ABC memiliki pinjaman $ 20.000.000 dengan tingkat bunga berfluktuasi rata-rata 4%, maka tingkat bunga 5% akan mengurangi pendapatan tahunan sebesar $ 1 juta (yaitu, 20 juta dikalikan dengan 5%).

Sebagai contoh lain, jika neraca saldo Perusahaan ABC adalah 5 juta Euro, Euro penguatan (pelemahan) sebesar 10% akan menghasilkan $ 0.500.000 ($ 5.000.000 dikalikan dengan 10%) kenaikan (penurunan) laba.

Dalam kasus biaya pensiun, analisis sensitivitas diberikan kepada perusahaan oleh aktuaris dan dapat diartikan sebagai berikut: " Total biaya pensiun adalah $ 9.000.000 dengan tingkat diskonto 4,3%. Kenaikan tingkat diskonto akan mengurangi biaya pensiun, dan sebaliknya. Sebagai indikasi sensitivitas, peningkatan 1 persen dalam asumsi ini akan mengurangi biaya pensiun sekitar $ 0.850.000. Kenaikan 1 persen pada tingkat diskonto untuk rencana yang sama akan mengurangi biaya pensiun sekitar $ 0.190.000. "

3. Keuntungan menggunakan analisis sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah alat yang mudah dan cepat yang memberikan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan. Ini membantu untuk mengidentifikasi asumsi-asumsi penting yang menimbulkan volatilitas aset, kewajiban dan keuangan. Dengan cara analisis sensitivitas, perhatian manajemen dan pengguna laporan keuangan dibawa ke daerah yang paling berisiko. Jika risiko dan ketidakpastian tidak perlu dipertimbangkan dalam laporan keuangan mungkin laporan keuangan sudah ditempatkan pada hasil keuangan dari suatu entitas

Rabu, 15 April 2015

Pengertian Dasar Saham Waran

Pengertian Dasar Saham Waran
Pada artikel ini, kita secara singkat akan membahas dasar saham waran, yang dapat terpisah dari obligasi dan ditukar dengan saham biasa - hampir seperti kupon. Dengan kata lain pemegang obligasi yang disertai waran tidak harus menjual obligasi dan waran secara bersama - sama.

1. Saham Waran
Ketika menerbitkan obligasi, perusahaan memiliki banyak fleksibilitas ketika memutuskan bagaimana membuat obligasi lebih diinginkan di pasar. Tingkat suku bunga yang dinyatakan dapat disesuaikan, fitur konversi bisa ditambahkan, apa pun yang membuat obligasi lebih menarik bagi calon investor. Salah satu opsi tersebut adalah penambahan saham waran untuk obligasi. Saham waran adalah dokumen kecil yang dapat dipisahkan dari obligasi itu sendiri dan dengan terpisah diperdagangkan atau digunakan. Kerjanya seperti opsi saham, memberikan pemegang hak untuk membeli saham biasa untuk harga tertentu.

2. Penerbitan Obligasi Disertai Waran
Ketika obligasi disertai waran diterbitkan, harga harus dialokasikan berdasarkan nilai wajar waran dan nilai wajar obligasi. Jumlah yang dialokasikan ke waran dicatat dalam akun modal disetor tambahan khusus diperuntukkan bagi saham waran, sedangkan sisanya dicatat sebagai kewajiban obligasi.
Ada dua cara untuk mengalokasikan harga penerbitan antara waran dan obligasi. Kadang-kadang, hanya nilai wajar waran yang bisa diketahui. Jika hal ini terjadi, jumlah yang dialokasikan untuk waran, dan sisanya dari harga dialokasikan untuk obligasi. Sebagai contoh, jika nilai wajar waran adalah $ 100 dan nilai wajar obligasi adalah $ 900, 10% dari harga penerbitan ditetapkan untuk waran dan 90% akan dialokasikan untuk obligasi.

3. Penebusan Saham Waran
Ketika pemegang waran ingin menebus saham tersebut, pemegang saham menerima pertukaran untuk saham dengan harga yang ditentukan. Pada penebusan, perusahaan mencatat debit untuk kas nominal saham waran. Pada saat yang sama perusahaan mencatat kredit untuk saham biasa sesuai nilai nominal saham yang dikeluarkan dan modal disetor sehingga menyeimbangkan pembukuan.

4. Saham Waran Kadaluwarsa
Umumnya, waran hanya dapat ditebus untuk jangka waktu tertentu. Jika waran tersebut tidak ditebus sebelum tanggal kadaluarsa, saldo agio saham waran disisihkan ke agio saham biasa.

Memang biasanya waran diterbitkan oleh perusahaan kecil, namun memiliki perkembangan yang baik.